jump to navigation

Jangan berteriak…, akupun tak tahu bagaimana harus berbuat 24 November 2008 4:54 am

Posted by zal in Yang direnungkan.
trackback

Hari ini kabut menyelimuti sebuah kota, yang entah bagaimana sampai dengan matahari meninggipun kabut masih cukup tebal, sehingga memberi kesan dingin lebih dari biasanya…

Tiba-tiba ada yang berteriak dari bawah sana..wooi…!!!..kamu yang menyelimuti udara.., menghindarlah …aku memerlukan cahaya mentari untuk memasak santapanku hari ini…kalau kau tetap mengambang seperti itu, apa yang harus kumakan hari ini…???

Kabut, menoleh ke bawah, duh..aneka tumbuhan berteriak-teriak dan menuding kepadanya…padangannya nanar menatap seolah-olah mengerti apa yang dirasakan makhluk lain yang ada dibawah itu…,

berganti-ganti, tatapnya memandang keatas dan kebawah dengan rasa yangg miris, mengapa dirinya tak sirna saja, sirna sehingga tak mengganggu yang lainnya…menyadari bahwa dirinya tak juga lenyap dari keberadaannya…menimbulkan kemasgulan hatinya yang terus dipersalahkan mahluk yang dibawah sana…

Tiba-tiba didengarnya sapaan lembut..”duhai kamu yang lembut, ringan dan gemulai…”…ditatapnya asal suara itu,…sang Mentari menyapanya…ditatapnya Mentari itu dengan santun, dan berkata “duhai mentari…, mengapa tak kau tingkatkan saja suhu panasmu agar aku memuai bersama angin, biarkan diriku sirna dalam cahayamu nan hangat…, sirnakanlah diriku, hingga tak menjadi penghalang bagi yang lain, yang sangat membutuhkanmu…” dengan tatapan yang memelas…, dan masih dipandangnya dibawah sana, ribuan cacai maki, dan teriakan-teriakan sambil mengacung-acungkan ah entah apa itu…

Lalu didengarnya lagi suara, kali ini bentuknya seperti tertawa…, ya …mentari mentertawakannya, namun tawa itu bukanlah tawa ejekan, lebih kepada rasa prihatin dan kasih sayang…,  Mentaripun berkata…”duhai yang lembut ringan dan gemula..”i, bagaimana mungkin aku dapat mengatur diriku, tidak kah kau lihat akupun hanya beredar dengan keadaan yang tetap, tak bisa ku beputar atau bersembunyi…aku hanya beredar seperti ini tanpa bisa kukendalikan…

Kaaupun demikian, tidakkah kau sadari bahwa keberadaanmupun tak pernah kau harapkan, engkau hanya suatu hasil pertemuan dari hawa dingin disisi selatan dan hawa panas disisi utara, kau akan hilang jika saatnya kau harus hilang, mungkin kaupun takmenyadarai bahwa kaupun diperlukan mereka dibawah sana, hanya saja mereka juga tak sadar, mereka berteriak demikian lantaran kebiasaan-kebiasaan saja, dalam naluri mereka biasanya jam segini daun sudah menebarkan makanan yang dimasaknya, oleh karana tidak lazim kaulah yang dipandang menjadi penyebab, padahal jika kau tak menghadang, maka mereka akan layu tersengat panas, sebab atmosfir saat ini sedang tipis… biarkan saja teriakan mereka, itu karena mereka tidak tahu, sedangkan mereka tak akan pernah mendengar penjeleasanmu, sebab kebiasaan-kebiasaan sudah membentuk mereka sejak entah kapan…dan itu sudah membutakannya dari pengalaman yang sebenarnya ada,,,mereka masih disibukkan dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan, ketimbang kesadaran akan keberadaannya….

Mataharipun beredar mennggi, hawa panaspun mulai meningkat, dan hawa dingin mulai menurun, perlahan kabutpun sirna..dan raib dalam pandangan makhluk dibawahnya, dan makhluk dibawah itupun berkegiatan kembali lalu lupa dengan apa yang baru saja terjadi…

Komentar»

1. zal - 24 November 2008 4:59 am

::duh..

2. qzink666 - 24 November 2008 9:51 am

Ya.. Duh..

3. bedh - 24 November 2008 10:09 am

duh juga

4. nurma - 24 November 2008 11:34 pm

Duh, kok pada “aduh2an” gini toh??! :mrgreen:

Eh bagian ini nih saya suka ^^

biarkan saja teriakan mereka, itu karena mereka tidak tahu, sedangkan mereka tak akan pernah mendengar penjeleasanmu, sebab kebiasaan-kebiasaan sudah membentuk mereka sejak entah kapan…dan itu sudah membutakannya dari pengalaman yang sebenarnya ada,,,mereka masih disibukkan dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan, ketimbang kesadaran akan keberadaannya….

memicu “pertanyaan2” laen di benak saya pak 😛 wah bisa panjang nih… *pulang aja deh*

5. aryf - 25 November 2008 10:49 am

Zal, ada buku yg telah lama kusimpan..
Setahun lebih menanti saat yg diidamkan.
Menunggu waktu dg rasa penasaran.

Kubuka sampulnya, kusentuh bagai perawan
Penasaran yg terpendam, akhirnya tersalurkan.

Menggelikan, ternyata perawan tua berlaku juga utk sebua buku 😀
Mungkin byk yg udah membaca, tp tak ada salahnya di ulang.

Judul: Ya Allah, Bahagiakan Daku dalam Ridha-Mu
Penulis: dr. Syaima’ Hasan
Penerbit: Pustaka Iman – Mizan

* Lagi bosan menulis, tp tetap asik mem”baca” *

PS: kumisnya mana? ^^

6. zal - 25 November 2008 1:24 pm

::qzink666, masih idup jugo awak tu, pake duh galo… 🙂

::bedh, hu..hu..hu..mu mana…??? masuk blgmu musti login ya..

::nurma, opo’o koq ono memicu segala, koyo senjata wae, yak ngono mulih wae enakan..cuma ojo nagendi-endi nggonane cuidek buangeeet… 🙂

::aryf, muatannya apa…???, koq judulnya miris ya…
keknya kumisnya udah ngga ada, soalnya sekarang lagi senang maen boneka tuh…

7. Rasyeed - 25 November 2008 6:20 pm

*jd teringat waktu lg berada di ketinggian puncak Dieng, di bawah gerimis, dingin dan kabut* kok malah curhat 😀

8. frozen - 25 November 2008 8:57 pm

apa ini berarti, eksistensi/kedirian kita memang “a-da” dengan “begitu saja” tanpa ada yang “meminta” tanpa ada yang “menolak”? 😕
*halah! akeh men tanda kutip* ^^a
.
sing penting…
urip isih easy come easy go lah :mrgreen:

9. zal - 26 November 2008 4:20 am

::rasyeed, koq aneh ya, makin dekat ke matahari koq ya makin dingin…. 🙂

::frozen/essensi/ris..halah banyak nama, banyak avatar…”Aku, hendak menjadikan seorang khalifah…dan adam pun tercipta…”
urip kui kudu dilakoni, dengan demikian ada hidup, jika hidup setengah menyesal, maka jenenge setengah hidup…repotkan… 🙂

10. Lumiere - 26 November 2008 7:15 pm

*baca komen buat nurma

yak ngono mulih wae enakan..

karna kembaran saya “unwanted” jd ya saya wakilkan saja..

cuma ojo nagendi-endi nggonane cuidek buangeeet…

lha, injih sayange..
-OOT off-
soal “kesadaran akan keberadaan” niku lho kang.. monggo dibahas lebih jauh toh.. (saya khawatir salah paham inih)

11. Rindu - 27 November 2008 8:55 am

Saya tak sanggup berteriak kalo dibekep gini kang … jadi tolong lepas bekepannya yah 🙂

Komen gak fokus nih Ade …

12. zal - 29 November 2008 10:30 pm

::nurma/lumiere, AQ 8:42, ada maksud tersembunyi dari kalimat yg panjang, bukankah tentang rezeki, sebagai modal untuk berkeduniaan sudah dicukupkanNYA dengan janji…???

::rindu, akh..biasanya malah orang berteriak jika dibekap…bukan begitu..??? 🙂

13. erander - 2 Desember 2008 9:16 pm

Ssstttt .. jangan teriak² !!!

*narik selimut, tidur lagi*
Zzzzzzz


Tinggalkan Balasan ke zal Batalkan balasan